05 November 2008

Demokrasi

1
Ayah saya bukan orang yang akan mengganti saluran televisi apabila menemukan saluran tersebut sedang menayangkan berita. Tapi entah kenapa kemarin pagi ia sewot melihat televisi kita jadi gencar menayangkan update seputar proses pemilihan Presiden AS. “Heran, orang Amerika yang pemilu, kenapa kita jadi yang ikut-ikutan sibuk,” ujarnya seraya mengecilkan volume.

Saya menawarkan pandangan saya padanya. Bahwasanya, pemilihan presiden Amerika itu jadi relevan bagi seluruh umat di dunia, karena orang-orang ingin tahu siapa berikutnya orang yang akan menentukan hidup mereka. Karena selama ini memang demikian seringnya kebijakan-kebijakan yang diambil oleh negara Adi Kuasa tersebut mempengaruhi negara-negara lain yang berada di bawah dominasinya.


Ayah saya mengangguk setuju. Televisi ia matikan.

2
Sore hari di dunia maya, seorang teman berkata pada saya, bahwa manusia ditakdirkan untuk menjadi tergesa-gesa. Pemikirannya ini berdasar pada pengamatannya, bahwa terlalu lama untuk seorang manusia bisa berfikir dan berusaha untuk saling mengerti dan memberi pengertian ke sekitarnya.

Saya berkata padanya: “Oh. Pantas saja orang-orang percaya bahwa dengan voting jutaan atau milyaran aspirasi bisa terwakili. Kemudian mereka dengan tergesa-gesa juga menyimpulkan bahwa inilah demokrasi… Ya, ya, ya.”


3
Malamnya sesaat sebelum tidur, saya mengenang ulang ucapan seorang teman di balai kota Bandung sekitar empat tahun silam. Menurutnya, jikalau pemilu memang bisa membawa perubahan, berarti pemilu itu adalah sesuatu yang ilegal. Kenapa? Sebab… adakah perubahan signifikan yang pernah benar-benar terjadi semenjak kita berada di bawah sistem yang justru mempertahankan kemapanan? Cobalah satu kali engkau tawarkan sebuah sistem alternatif--yang benar-benar baru--kepada penguasa. Kau pasti taulah apa reaksi mereka. Kau pun sudah pernah diingatkan oleh sebuah iklan rokok, bahwa hanya yang tua boleh bicara. Jadi perubahan apa yang bisa kita harapkan terjadi dari sebuah pemilihan umum? Adakah perubahan yang bisa ditolerir oleh para kaum tua penyembah kemapanan?

Terngiang lagu Wyclef Jean, if I was a president, di telinga saya. Membayangkan ucapan Wyclef itu akan terjadi apabila Barack memang benar-benar orang yang sedang memperjuangkan sebuah change, sebuah perubahan. Mungkin apa yang dikatakan dalam lagu itu akan menjadi kenyataan: …I'd get elected on Friday, assasinated on Saturday, and buried on Sunday.

0 tanggapan: