11 Juli 2007

[Review] The Edukators

Genre : Drama Action
Produksi : y3 film/coop 99
Sutradara : Hans Weingartner
Format : DVD
Durasi : 127 Menit
Tahun Produksi : 2004


Jule (Julia Jentsch) adalah seorang aktivis yang memprotes kapitalisme, namun ia juga terpaksa bekerja sebagai pelayan sebuah restoran mewah karena harus membayar 100.000 Euros atas kerusakan mobil Mercedes yang pada suatu hari ditabraknya. Sementara Peter (Stipe Erceg) dan Jan (Daniel Brϋhl) telah selangkah lebih maju dalam upaya mereka menentang sistem tersebut. Mereka berdua melakukan sebuah aksi-langsung dengan metode menyatroni rumah-rumah konglomerat. Alih-alih menjarahi barang-barang berharga yang terdapat di rumah-rumah mewah itu, mereka menata ulang perabotan di rumah-rumah itu serta meninggalkan secarik kertas yang berisi pesan pendek: “Kamu memiliki terlalu banyak uang. Tertanda: The Edukators”.

Kapitalisme dalam film ini dikedepankan dengan fenomenanya yang paling populer, yakni: kesenjangan sosial. Dimana pada satu bagian film digambarkan dari sisi seorang Jule yang harus memutar otaknya demi memikirkan bagaimana cara untuk melunasi hutang, selain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Sementara di sisi seberangnya, digambarkan orang-orang yang telah berlimpah secara finansial, sehingga apa yang mereka pikirkan bukan lagi tentang bagaimana caranya untuk subsisten; melainkan hal-hal remeh-temeh seperti: kesempurnaan penyajian pear Brandy, yang harus dengan gelas khusus Brandy—bukan gelas liqueur. Singkatnya, gaya-hidup. Seperti yang juga dipaparkan oleh Jan kepada Jule, bahwa temannya itu selama ini telah membanting tulang hanya untuk mendanai seorang agar bisa mengendarai Mercedes. Padahal bagi para eksekutif itu, harga mobil tersebut sangatlah minor jika dibandingkan dengan nilai seluruh kekayaannya.

Hingga suatu saat, sisi revolusioner dalam diri Jule seperti terstimuli oleh kata-kata Jan mengenai ketidakadilan yang kerap dirasakan oleh orang-orang yang berada di kelas sosial seperti mereka. Jule menjadi tidak disiplin di restoran tempat ia bekerja, yang mengakibatkan dirinya diberhentikan dari pekerjaannya. Pada saat Jule tengah menyesali kecerobohannya itu, Jan membangkitkan semangatnya dengan mengatakan bahwa apa yang ia lakukan dengan melawan atasan tersebut merupakan sesuatu yang hebat. Sebab itu menunjukkan konsistensi dari apa yang Jule lakukan selama ini dengan protes-protesnya terhadap eksploitasi dan penjajahan kapitalisme. Kemudian Jan mengajaknya ke suatu pemukiman mewah milik orang-orang kaya untuk melihat apa yang selama ini dikerjakannya bersama dengan Peter, yang notabene merupakan kekasih Jule. Di sinilah Jule baru mengetahui bahwa ternyata kekasihnya punya sebuah aktivitas ilegal dengan membobol masuk rumah-rumah orang kaya, serta menamakan diri mereka sendiri ‘The Edukators’.

Setelah pemaparan Jan yang cukup meyakinkan mengenai aksi The Edukators, yang termasuk di dalamnya mengenai ketidaktertarikan mereka untuk mencuri barang-barang dari setiap rumah yang mereka bobol, saat itu juga Jule tertarik untuk ikut mempraktikkan apa yang selama ini dilakukan oleh Peter dan Jan. Meski sebenarnya saat itu Peter sedang berada di luar negeri, Jule mengajak Jan untuk melakukan metode The Edukators terhadap rumah seseorang yang selama ini telah menjadikannya menderita; yang tidak lain adalah Hardenberg (Burghart Klaussner), orang yang membuat Jule berhutang padanya. Aksi terlalu spontan inilah yang membawa mereka pada rentetan masalah-masalah baru dengan sebuah solusi yang pahit, yakni bubarnya The Edukators termasuk aktivisme yang selama ini telah dilakukan.

Apabila dibandingkan dengan sebuah film yang pernah saya tonton―yang juga mengangkat isu resistensi terhadap kapitalisme―yaitu ‘Fight Club’, film ini memang terkesan lebih datar dengan minimnya sequence baku hantam dan lebih sarat percakapan. Namun, dengan hal tersebut film ini justru menjadi lebih gamblang dalam menuturkan fakta-fakta mengenai kapitalisme dan resistensi seperti apa yang relevan untuk dilakukan, ketimbang Fight Club yang cenderung abstrak dan malah memperkuat kesan fiktif film tersebut di benak penonton yang masih relatif asing dengan wacana kapitalisme.

Bentuk resistensi yang digambarkan di dalam film The Edukators ini juga terasa lebih wajar dengan menunjukkan bahwa: revolusi―dalam mengupayakan kebebasan―di tengah masyarakat yang menuntut kita untuk menjadi kompromis dengan bekerja dan sebagainya, memang bukan sesuatu yang mudah. Namun, itu merupakan satu hal yang perlu untuk dikerjakan agar kita tidak kehilangan segala hal yang sejatinya kita miliki. Seperti yang dikatakan dengan cukup gamblang oleh Jan, ketika Jule merasa bahwa keinginannya untuk menjadi liar dan bebas (wild and free) adalah sesuatu yang bodoh: “Anyhow, if you keep working for that asshole, you’ll lose faith in everything.”